Nama
: Muhammad
Nim
: E63207003
Kelas
: Akselerasi A
Dosen
pembimbing : DRA.
Hj. CHAIRUL UMAMI, M.Hi
Mata kuliah : Mazaahib
at-Tafsir
----------------------------------------------------------------------------------------
tafsir al-adabi wa al-ijtima`iy:
tafsir al-Adaby
al-Ijtima’I adalah corak tafsir yang menjelaskan petunjuk-petunjuk
ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan masyarakat, serta
usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit masyarakat atau
masalah-maslah mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat, dengan mengemukakan
petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti tapi indah
didengar.
Corak penafsiran pada
aliran tafsir ini meliputibeberapa hal pokok yaitu; pertama, memandang
bahwa setiap surat merupakan satu kesatuan, ayat-ayatnya mempunyai hubungan
yang serasi. Salah satu yang menonjol dalam tafsir ini adalah berusah
membuktikan bahwa ayat-ayat dan surat dalam alQuran merupakan satu kesatuan
yang utuh, sebab mustahil alQuran sebagai kalamullah tidak memeiliki relevansi
dalam ayat-ayat dan surarnya.
Syaih Muhammad Abduh,
tokoh utama aliran tafsir
ini
membuktikan hal tersebut, dengan memberi contoh pada ayat 1 dan 2 surat
al-Fajr:
Ìôfxÿø9$#ur ÇÊÈ @A$us9ur 9ô³tã ÇËÈ
demi
fajar, dan
malam yang sepuluh.
(QS. al-Fajr [89] 1-2)
Menurut beliau, para
mufassir tidak menjelaskan relevansi ayat tersebut karena menganggap tidak
sejalan. Mereka memberi
arti khusus, padahal kata al-faj dan layal mempunyai pengertian
umum. Sebab apabiila alQuran menyebutkan waktu tertentu, maka diberi ciri atau
sifat tertentu pula, misalnya yaum al-qiyamah, al-yaum amau’ud,laylat
al-qadr, dan sebagainya. Jadi al-faj dan layal di atas
menunjukkan waktu secara umum. Hubungan munasabah antara dua ayat tersebut
terletak pada kesamaannya yakni fajar yang terbit dapat menggeser kegelapan
malam dan akhirnya malam dikalahkan oleh terang yang merata. Dan layal ‘asyr adalah malam ke sepuluh (bulan
kesepuluh) yang menghilamgkan kegelapan malam yang akhirnya dikalahkan oleh
malam-malam berikutnya (yaitu malam bulan purnama).
Hubunan yang kedua yaitu dari segi fungsinya yang
berbeda. Kalau al-fajr menggeser kegelapan malamakhirnya menjadi terang
yang nyata, maka layal ‘asyr menghilangkan kegelapan malam tetapi lambat
laun menjadi kegelapan yang merata. Demikianlah Muhammad Abduh mencari hubungan
setiap ayat, dan disinilah kata beliau, salah satu letak ketinggian sastra
bahasa arab Alquran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar