Free Widgets

Selasa, 05 Juni 2012

KEPEMIMPINAN LAKI-LAKI ATAS PEREMPUAN STUDI KOMPARATIF QURAISH SHIHAB DAN TENGKU MUHAMMAD HASBI ASH-SHIDDIEQY Telaah surat al-Nisa’(4):34)


A.  Latar belakang
Salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik antara laki-laki dan perempuan maupun antar bangsa, suku dan keturunan. Perbedaan yang digaris bawahi dan yang kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.[1]
Alquran  sebagai kitab suci umat Islam, secara eksplisit telah mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang sepadan.
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Alquran:
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ  
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujarat [26]: 13).[2]

Dalam ayat diatas disebutkan kalimat min zakarin wa untsa menurut Wahbah Az-Zuhaili bahwa manusia dari satu asal, yakni Nabi Adam dan Hawa atau ayah (laki-laki) dan ibu (pempuan).[3]
Pengakuan Alquran bahwa manusia berasal dari laki-laki dan perempuan, otomatis pula merupakan pengakuan adanya peran serta tanggung jawab wanita sebagai khalifah di muka bumi.
Sebagai mana firman Allah SWT. dalam Alquran:
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUu ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. al-Baqarah [2]: 30).[4]

Kata khalifah dalam ayat tersebut yang berarti menggantikan.[5] Dengan demikian mahluk yang ditugaskan sebagai khalifah, harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk perintah Allah sebagai pihak pemberi tugas dan wewenang.[6]
Bila Alquran menempatkan laki-laki dan wanita dalam posisi sederajat, konsekwensinya antara keduanya tidak boleh ada yang ditempatkan yang lebih tinggi dari pada yang lain.
Kedudukan perempuan dalam ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan hormat pada wanita.
Almarhum Mahmud Syaltut, mantan imam syaih (pemimmpin tertinggi) lembaga-lembaga Al-Azhar di Mesir, menulis: “Tabi’at kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan hampir dapat (dikatakan) sama. Allah telah menganugerahkan kepada perempuan sebagaimana menganugerahkan kepada laki-laki. Kepada mereka berdua Allah menganugerahkan potensi dan kemampuan yang cukup untuk memikul tanggung jawab yang menjadikan kedua jenis kelamin ini dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas yang bersifat umum maupun khusus. Karena itu hukum-hukum syariat meletakkan kedudukannya dalam satu kerangka. Yang ini (laki-laki) menjual dan membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukun, menuntut dan menyaksikan, dan yang itu (perempuan) juga demikian, dapat menjual dan membeli mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum serta menuntut dan menyaksikan.[7] Namun demikian ditemukan dalil bahwa laki-laki sebagai pemimpin atas wanita.
 Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Nisa’ [4]: 34:
ãA%y`Ìh9$# šcqãBº§qs% n?tã Ïä!$|¡ÏiY9$# $yJÎ/ Ÿ@žÒsù ª!$# óOßgŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ !$yJÎ/ur (#qà)xÿRr& ô`ÏB öNÎgÏ9ºuqøBr& 4 àM»ysÎ=»¢Á9$$sù ìM»tGÏZ»s% ×M»sàÏÿ»ym É=øtóù=Ïj9 $yJÎ/ xáÏÿym ª!$# 4 ÓÉL»©9$#ur tbqèù$sƒrB  Æèdyqà±èS  ÆèdqÝàÏèsù £`èdrãàf÷d$#ur Îû ÆìÅ_$ŸÒyJø9$# £`èdqç/ÎŽôÑ$#ur ( ÷bÎ*sù öNà6uZ÷èsÛr& Ÿxsù (#qäóö7s? £`ÍköŽn=tã ¸xÎ6y 3 ¨bÎ) ©!$# šc%x. $wŠÎ=tã #ZŽÎ6Ÿ2 ÇÌÍÈ  
kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.(QS. al-Nisa’ [4]: 34).[8]

Dengan demikian, surat al-Nisa’ [4]: 34 yang telah penulis sebutkan diatas maka, dapat dipahami makna secara mendalam dengan cara menguraikan beberapa kata kunci yang tercantum dalam ayat tersebut, yaitu: Al-Rijal, bermakna laki-laki, suami, Qawwamuna, sebagai mana telah dicantumkan dalam skripsi ini, ia dipahami oleh Mufassir sebagai pemimpin, Al-Nisa’, Huruf ba dalam rangkayan kalimat bima fadhla Allahu ba’dhahum ‘ala ba’dhin dan wabima anfaqu min amwalihim, Al-shalihat, Qanitat.
Dengan upaya memahami surat al-Nisa’ [4]:34, dengan cara menguraikan beberapa kata kunci yang telah penulis kemukakan di atas, dalam hal ini penulis merujuk pada dua karya tokoh tafsir Indonesia yaitu Muhammad Quraish Shihab melalui karyanya Tafsir al-Misbah dah Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dengan karyanya Tafsir Al-Qura’nul Majid AN-NUUR.
Alasan penulis mengambil rujukan pada kedua tokoh tersebut sebagai objek kajian, dikarenakan keduanya hidup pada periode yang berbeda dan suku yang berbeda.
Tafsir Al-Qura’nul Majid AN-NUUR ini dikerjakan oleh Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy (wafat 1975) sejak tahun 1952 sampai dengan 1961 disela-sela kesibukannya mengajar, memimpin fakultas, menjadi anggota konstituante dan kegiatan-kegiatan lainnya. Hidupnya yang sarat dengan beban itu tidak memberi peluang untuknya secara konsisten mengikuti tahap-tahap kerja yang lazim dilakukan oleh penulis-penulis professional.[9]
Menurut berita-berita yang smpai kepada penulis kitab ini, ada diantara orang yang membaca/melihat sepintas lalu Tafsir AN-NUUR ini mengatakan, bahwa tafsir ini merupakan terjemahan 100% dari suatu tafsir yang berbahasa Arab yang di tulis oleh ulama mutaqaddimin atau ulama belakangan ini. Bahkan menurut suara-suara yang sampai kepada pengarang kitab ini, Tafsir ini adalah terjemah Tafsir al-Maraqhy, mungkin yang demikian untuk mengurangi minat pembaca kepada tafsir ini.[10]
Ini tentu berbeda sekali dengan M.Quraish Shihab yang hidup setelah Tengku Muhammad Hasbi. Dimana M.Quraish Shihab dalam menulis tafsirnya dimasa kondisi politik sudah mulai stabil. Studinyapun dia jalani secara berjenjang, tidak ada rintangan dan diapun tidak berkecimpung dalam dunia politik, kecuali dia pernah menjabat sebagai menteri agama dimasa Presiden Abdurrahman Wahid. Dan juga dalam menulis tafsirnya dia tidak sarat dengen kesibukan yang lain dia lebih terfokus kekaryanya, sangat berbeda dengan Tengku Muhammad Hasbi yang sibuk dalam berpolitik dan mengajar. Sementara dari segi sosial kemasyarakatan dia menghadapi era globalisasi dengan beragam permasalahan yang konplek.
Permasalahan-permasalahan antara kedua penafsir dimuka, secara tidak langsung mempengaruhi kepada penafsiran keduanya. Oleh karena itu menarik untuk diteliti apa lagi keduanya berbeda kultur budaya, bagaimana pandangan kedua penafsir tentang kepemimpinan laki-laki atas perempuan, mulai dari makna kepemimpinan sendiri, syarat-syara, sampai wilayah kepemimpinan dimaksud, apakah mencakup dalam rumah tangga saja ataukah mencakup semua lini lingkungan.
  
B.  Identifikasi masalah
Dalam hal ini suapaya tidak terjadi pembahasan yang meluas, maka penulis berusaha untuk membatasi skripsi ini dengan cara mengkomparatifkan penafsiran dua mufassir yaitu M.Quraish Shihab dan Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy yaitu tafsir Indonesia dengan latar belakang proses pendidikan, setting waktu dan suasana politik, sosial kemasyarakatan yang berbeda.
Fokus dalam surat al-Nisa’ ([4]:34), adapun pembatasan penelitian ini pada sebagian ayat, mengenai maksud dari kepemimpinan laki-laki atas wanita, kelebihan dari seorang laki-laki dan apa yang harus di berikan dari sosok pemimpin, kemudian timbal balik yang diberikan oleh seorang yang dipimpin (wanita) kepada pimpinan (laki-laki).

C.  Rumusan masalah
Pemaparan latar belakang di atas memunculkan beberapa hal yang perlu dipertanyakan. Akan tetapi supaya permasalahan-permasalahan itu dapat mengerucut perlu diadakan rumusan masalah. Rumusan masalah yang dimaksud adalah:
1.         Bagaimana penafsiran M.Quraish Shihab dalam surat al-Nisa’ 4;34?
2.         Bagaimana penafsiran Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dalam surat al-Nisa’ 4;34?
3.         Bagaimanakah persamaan dan perbedaan penafsiran Qurash Shihab dan Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy?

D.  Tujuan penelitian
Agar penelitian yang dilakukan dapat kualitas dan kuantitas yang diharapkan serta dapat dipertanggung jawabkan maka penelitian ini akan diarahkan pada tujuan-tujuan tertentu. Adapun tujuan penelitian tersebuat adalah:
1.         Mengetahui penafsiran Quraish Shihab dalam surat al-Nisa’ 4;34.
2.         Mengetahui penafsiran Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dalam surat al-Nisa’ 4;34.
3.         Merumuskan persamaan dan perbedaan penafsiran Qurash Shihab dan Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy.

E.   Kegunaan penelitian
Penelitian ini merupakan studi komparatif atas sebuah ayat dan diharapkan penelitian ini dapat menambah pemahaman kita mengenai ayat yang penulis paparkan, sehingga bila ada perbedaan pendapat dalam menjelaskan ayat dimaksut, maka bisa menjadi ibarat bagi umat Islam supaya tidak saling menyalahkan atau menganggap pendapat satu pihak paling benar dan pendapat pihak lain salah. Karena, kebenaran secara mutlak hanya Allah SWT. dan Rasul-Nya, manusia hanya bisa berijtihat dijalan-Nya untuk mendapatkan kebenaran.
Penelitian ini juga untuk menambahkan khazanah keilmuan tafsir terutama tentang ayat yang penulis paparkan dan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang hikmah kepemimpinan laki-laki diatas perempuan.

F.   Telaah pustaka
Kajian tantang pemimpin memang sudah banyak. Terutama dalam ruang lingkup IAIN Sunan Ampel. Namun, dari sekian banyak penelitian tentang pemimpin, hampir seluruhnya dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Syariah, Tarbiah dan Ushuluddin tetapi,  materi penelitiannya tidak sama dengan yang akan diteliti sekarang. Hasil penelusuran dari tahun 2000 – 2009 banyak penelitian skripsi yang berlabel penelitian tentang  pemimpin dan diantara banyak judul karya ilmiah  pemimpin cuma 6 yang penulis cantumkan  dan bercorak library research yang disusun oleh Mahasiswa Fakultas Syariah, Tarbiah dan Ushuluddin, yaitu:
1.         Karakteristik pemimpin dalam Alquran, Ma’ruf, Nim E03302058, Fakultas Ushuluddin 6-5-2008, kata kunci kepemimpinan Islam, khalifah adil, Imam jujur dan ulil amri bertanggung jawab, 65 halaman. Di dalam skripsi ini memuat rumusan masalah tentang apa pengertian pemimpin menurut Alquran dan bagai mana karakteristik pemimpin dalam Alquran. Sedangkan metode yang digunakan yaitu metode tahlili yang bersifat literature atau kepustakaan.
2.         Pemimpin dalam perspektif Alquran, Ratnawati, Nim E03395109, Fakultas Ushuluddin 17-4-2000, kata kunci kepemimpinan dalam Islam, 72 halaman. Di dalam skripsi ini penulis memuat rumusan masalah tentang istilah apa yang di pakai Alquran yang menunjukkan dalam pengertian pemimpin dan bagai mana karakteristik dan funsi pemimpin dalam Alquran, sedangkan pembahasan dalam skripsi ini membahas tentang istilah-istilah dari kata pemimpin yang mempunyai perbedaan dan pengertiannya.
3.         Kepemimpinan suami terhadap isteri dalam Alquran ditinjau dari perspektf ulama tafsir, Mariah Ulfa, Nim E0.3399071, Fakultas Ushuluddin 7 Juli 2004, kata kunci kepemimpinan, 77 halaman. Dalam skripsi ini penulis memuat rumusan masalah, seperti apakah format ideal kepemimpinan suami terhadap isteri menurut perspektif mufassir Alquran dan bagaimana cara mewujutkan kepemimpinana yang mengarah pada pencapaian kesejahteraan keluarga.
4.         Kepemimpinan perempuan didalam perspektif pendidikan Islam, Wiwin Sulastri, Nim D01399222, Fakultas Tarbiah 7-9-2002, kata kunci wanita dalam Islam.
5.         Konsep kepemimpinan Islam dalam Alquran telaah pemikiran Muhammad Syahrul, Muhammad Makmun, Nim C03301057, Fakultas Syariah 28-10-2005, kata kunci wanita Islam, jumlah halaman 68.
6.         Pertanggung jawaban pemimpin menurut hadits di dalam Sahih al-Bukhari, Muhammad Tajuddin, Nim E03359066, Fakultas Ushuluddin 18-4-2000, kata kunci kumpulan hadits Bukhari, jumlah halaman 77.

G.  Penegasan judul
Agar judul tidak menimbulkan kesalah pahaman pada pembaca, maka perlu di jelaskan batasan istilah dari judul tersebut:
Ø Kepemimpinan: Arah pengawasan atau pengelolaan sebuah kelompok atau organisasi.[11]
Ø Laki-Laki: pria (untuk manusia).[12]
Ø Perempuan: wanita (untuk manusia)
Ø Studi: pendidikan, penyelidikan, tempat belajar.[13] dan penelitian  ilmiah, kajian, telaahan.[14]
Ø Komparatif: berbandingan, bersamaan, bersejajaran, bersama-sama, bersifat perbandingan.[15] dan berkenaan atau berdasarkan perbandingan.[16]

H.  Teknik Analisis Data
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan dengan teknik serta alat-alat tertentu. Harus dikatakan bahwa jumlah dan jenis metode penelitian memang banyak, sebanyak jenis masalah yang dihadapi, tujuan dan situasi penelitian.[17]
Penelitian ilmiah banyak bergantung pada cara penelitian mengumpulkan fakta. Dalam batas-batas tertentu, metode dan rancangan penelitian menentukan validitas penelitian.
1.         Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang berkaitan dengan metode pengumpulan data, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian tersebut.[18]
2.         Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan komparatif-analitis. Metode deskriptif yaitu metode yang mengadakan penyelidikan dengen mengemukakan beberapa data yang diperoleh kemudian menganalisis danmengklasifikasikan.[19] Metode deskriptif ini digunakan untuk menghimpun dan menggambarkan data mengenai makna dan penafsiran Qawwamuna dalam Alquran surat an-Nisa ayat 34, dan menyusunnya secara sistematik. Sedangkan metode komparatif-analitis digunakan untuk membandingkan dua pendapat mufasir tersebut, menganalisa dengan cermat, dan menyimpulkannya.
Penggunaan metode yang tepat adalah merupakan suatu langkah menuju keberhasilan menyelesaikan masalah sebab metode merupakan cara bertindak agar kegiatan penelitian dapat terlaksana secara baik, terarah dan dapat mencapai hasil yang optimal.[20]
3.         Teknik pengumpulan data
Adapun pengumpulan data penulis menggunakan metode library research, yaitu mencari data dari belbagai macam buku, kitab dan lain-lain untuk diklasifikasikanmenurut materi yang di bahas.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk paper. Paper adalah sumber data yang  menyajikan tanda-tanda berupa huruf. Artinya, dokumen atau literatur yang berupa karya  ilmiah, baik buku, makalah, artikel, dan lain-lain.[21]
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari kitab-kitab tafsir klasik maupun kontemporer dan buku-buku atau literatur lain yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Adapun sumber data dalam penelitian ini, terdiri dari dari dua jenis, yaitu :
1.    Primer
Sumber data primer adalah referensi pokok dalam melakukan penelitian mengenai makna dan penafsiran Qawwamuna dalam Alquran surat an-Nisa ayat 34. Adapun sumber data primer adalah sebagai berikut :
-       Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab.
-       Tafsir Al-Qura’nul Majid AN-NUUR karya Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy.
-       Membumikan Alquran karya Quraish Shihab
2.    Sekunder
Sumber data sekunder diperlukan untuk menambah wawasan dalam melakukan penelitian mengenai makna dan penafsiran Qawwamuna dalam Alquran surat an-Nisa ayat 34. Adapun sumber data sekunder ialah :
-       Tafsir al-Maraghi dan buku-buku lain untuk menunjang dalam penelitian ini.

I.     Sistematika pembahasan
Suatu karya ilmiah yang bagus dan berurut memerlukan sistematika. Hal ini akan menjadikan karya ilmiah tersebut mudah dipahami dan tersusun rapi. Dalam penyusunan penelitian ini akan dirangkaikan urutan sistematika pembahasannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan yang merupakan bagian awal sebuah penelitian. Pendahuluan merupakan pengantar pokok-pokok permasalahan pembahasan. Dalam bab ini meliputi latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan alasan memilih judul, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, sumberpenulisan, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II KEPEMIMPINAN LAKI-LAKI ATAS PEREMPUAN
Metode yang digunakan dalam penelitian tafsir, pengertian kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, wilayah kepemimpinan dalam surat al-Nisa’.
BAB III BIOGRAFI DAN PENAFSIRAN
Biografi Quraish Shihab beserta penafsiran surat al-Nisa’ ayat 34 dan biografi Tengku Muhammad Hasbi ash-Siddieqy beserta penafsirannya tentang surat al-Nisa’ ayat 34.
BAB IV ANALIS
Mengetahui maksud kepemimpinan laki-laki atas perempuan, serta merumuskan perbedaan dan persamaan dari penafsiran Quraish Shihab dan Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy.
BAB V PENUTUP
Meliputi di dalamnya simpulan beserta saran-saran.

J.    Jadwal penelitian

No.
Kegiatan
Tanggal/Bulan/Tahun
1
Mulai menyusun proposal
25 Desember 2009
2
Penyerahan proposal
4 Januari 2010
3
Penyerahan Bab II
11 Januari  2010
4
Penyerahan Bab III
18 Januari 2010
5
Penyerahan Bab IV
25 Januari 2010
6
Penyempurnaan
1 Februari 2010

   
K. Daftar pustaka
Alquran dan Terjemahan, Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1995
Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi, Tafsir Al-Qura’nul Majid AN-NUUR, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2000
Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir al-Munir, volume: 13, cet-2 Damsyik: Dar Al –Fikhr, 2003
A. Partanto,  Puis dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994
Baker, Anton, Metodelogi Penelitian Filsafat, Yokyakarta: Kanisius, 1992
Baidan, Nasruddin, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998
Chozin, Fadjrul Hakam, Cara Mudah Menulis Karya Ilmiah, Surabaya, Alpha, 1997
Herre, Rom dan Roger Lamb, Ensiklopedi Psikologi, Alih Bahasa Ediati Kamil, Jakarta: Arcan, 1996
Jauhari, Heri, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung : Pustaka Setia, 2008
Shihab, M.Quraish, Taafsir al-Misbah, volume 1, Ciputat: Lentera Hati, 2002
Shihab, M.Quraish, Membumikan Alquran, Bandung: Mizan, 1994
Suratama , Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah dan Dasar-dasar Metode Teknik, UGM, 1981
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS, 2008
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004




[1]M. Quraish Shihab, Membumikan Alquran, (Bandung: Mizan, 1994), 269.
[2]Depag RI, Alquran dan Terjemahan, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1995), 847.
[3]Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, volume: 13, cet-2 (Damsyik: Dar Al –Fikhr, 2003), 578.                                                                                                                                                                                                                                    
[4]Depag RI, Alquran dan Terjemahan, 13.
[5]Muhammad Quraish Shihab, Taafsir al-Misbah, volume 1, (Ciputat: Lentera Hati, 2002), 142.
[6]Muhammad Quraish Shihab, Taafsir al-Misbah, 142.
[7]M. Quraish Shihab, Membumikan Alquran, 269-270.
[8]Depag RI, Alquran dan Terjemahan, 123.
[9]Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qura’nul Majid AN-NUUR, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2000), ix.
[10]Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qura’nul Majid AN-NUUR, xv.
[11] Rom Herre dan Roger Lamb, Ensiklopedi Psikologi, Alih Bahasa Ediati Kamil, (Jakarta: Arcan, 1996), 189
[12] Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS, 2008), 797
[13] Puis A Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya: Arkola, 1994), 728
[14] Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, 1377
[15] Puis A Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, 352
[16] Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia,  743
[17]Fadjrul Hakam Chozin, Cara Mudah Menulis Karya Ilmiah, (Surabaya, Alpha, 1997), 55.
[18]Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan ( Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004), 3.
[19] Winarno Suratama, Pengantar Penelitian Ilmiah dan Dasar-dasar Metode Teknik, (UGM, 1981), 81
[20]Anton Baker, Metodelogi Penelitian Filsafat, (Yokyakarta: Kanisius, 1992), 14.
[21]Heri Jauhari, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Bandung : Pustaka Setia, 2008), 35.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar